Data pencarian informasi

My Photo Profile

My Photo Profile
Foto Keluarga kecil (Pria) di XII Sainz 3 SmALA

Kamis, 04 Maret 2010

PEMANASAN GLOBAL

PEMANASAN GLOBAL, SKENARIO PERUBAHAN IKLIM DUNIA
OLEH
ADI BUGMAN
(Mahasiswa FKIP Biologi Univ. Mulawarman)



ABSTRAK
Climate change is fact and inevitable. Ordinary people are bearing witness to highly intensive anomaly of climate and weather throughout Indonesia and directly receive impacts of such phenomenon. More importantly is climate change is an in equivocal proof failure of the global development model to secure safety of global citizens, to protect productivity of people in the developing world to meet their quality of life, and to enhance people capacity in maintaining the ecological services. The global orchestrated efforts for the past twelve years for reducing impact of the global warming must depart from conscious recognition towards ongoing failures of the growth oriented development model. Therefore, critical evaluation towards the global political-economy supported by various multilateral political instrument is becoming an urgent need to cope with recurrent North-South inequality and intergeneration injustice and massive scale of corruption particulary in the developing world as by product of such political-economy.
Kata Kunci :
Membangun cara pandang dan kesadaran publik akan dampak perubahan iklim dunia, dengan melakukan tindak lanjut akan gaya hidup yang salah arah dan berbasis industrialisasi menjadi gaya hidup efektif dan efisien berbasis penghematan dan lingkungan demi kelangsungan hidup umat manusia di planet bumi ini.


PENDAHULUAN
Sadar atau tidak sadar beberapa waktu yang lalu, kita telah memperingati Hari Bumi, dimana kita mengevaluasi kembali peristiwa apa yang terjadi di bumi kita dan efeknya yang kita alami baik itu sadar maupun tidak.
Semua ini tidak lain didasari oleh perubahan iklim. Perubahan iklim adalah suatu keniscayaan. Pada dasarnya, perubahan iklim di dunia secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh manusia itu sendiri, baik karena keangkuhannya dalam memanfaatkan isi bumi hingga ketidaksadarannya dalam mengelola bumi itu sendiri.
Seharusnya manusia di muka bumi dapatlah menjadikan suatu peristiwa yang telah terjadi di muka bumi ini sebagai proyeksi diri dalam mengantisipasi hal yang akan datang dan bukanlah hal-hal yang biasa dilakukan, yaitu setelah terjadi peristiwa yang selanjutnya baru bergerak memperbaiki peristiwa dan menyesuaikan peristiwa. Sebagai contoh kasus banjir yang baru-baru saja melanda kota Samarinda yang mampu menenggelamkan daerah-daerah vital. Sebelum banjir, tidak ada antisipasi dalam menanggulanginya, seperti membangun drainase air yang layak, membuka lahan hijau di daerah hulu, maupun antisipasi lainnya. Namun sebaliknya, ketika banjir terjadi, semua orang dari kalangan manapun berusaha menjadi yang pertama (be number 1) memberikan sumbangan, mencemooh satu sama lain, saling melempar tanggung-jawab tanpa ada proyeksi diri dan planningan serta solusi efektif ke depan.
Kini, fenomena penyimpangan iklim itu sendiri termasuk bentuk yang ekstrim yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Sebagian besar bahkan sudah merasakan langsung dampaknya. Hal ini pertama kali ditandai dengan meningkatnya curah hujan di beberapa daerah terutama di bagian utara khatulistiwa dan di beberapa daerah lainnya/ bagian selatan khatulistiwa mengalami musim kering berkepanjangan. Hal ini sejalan dengan apa yang terjadi di bagian benua antartika (Greenland) yang mengalami pencairan es yang mengakibatkan peningkatan permukaan air laut, yang akhirnya akan berimplikasi pada berkurangnya sebagian dataran di muka bumi.
Inilah dampak yang tidak bisa dihindari karena begitu tingginya emisi gas rumah kaca yang menyelubungi permukaan bumi yang mengakibatkan pemanasan global (global warming) sebagai indikasi proses perubahan iklim yang bersifat konsumtif industrialisasi, dimana proses ini merupakan proses pengrusakan alam yang begitu besar dampaknya bagi lingkungan sekitar demi kebutuhan kehidupan mereka semata dalam artian yang melebihi ambang batas normal pemenuhannya sehari-hari. Dari hal tersebut itulah, dapat diartikan bahwa pemanasan global merupakan sinyal kegagalan model pembangunan industrial yang terjadi terutama di negara bagian utara (negara maju), yang jika tidak ditangani serius dan cepat, maka akan menambah sengsara warga negara selatan (negara berkembang) yang notabennya adalah negara yang sebagian besar memiliki penduduk yang relatif kecil dan konsumsi ”barang habis pakai” yang rendah dikarenakan daya beli yang rendah pula jika di bandingkan negara maju saat ini.
Demi mencapai penanganan yang serius dan bersifat konstan kedepannya perlulah kita tidak saling melempar tanggung jawab satu sama lain serta mampu bersama-sama mencegah pemanasan lebih lanjut, menggunakan cara yang lebih represif, misalnya dengan menggunakan kemampuan yang dimilki masing-masing negara. Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia, misalnya terlepas dari pembalakan liar yang marak, Indonesia dan negara sekitar dapatlah menjadikan lahan yang dimiliki sebagai ruang pembuka plasma nutfah dan nantinya akan menghasilkan Oksigen melimpah dan mengurangi Karbon dioksida serta gas-gas penyebab pemanasan global lainnya yang berlalu lalang di udara sehingga secara perlahan tapi pasti, akan mengurangi pemanasan global lebih lanjut. Di lain pihak, negara maju seperti Amerika, Jepang, Inggris, dan negara sebagian Eropa lainnya juga dapat menggunakan sebagian wilayahnya sebagai lahan hijau, walaupun tidaklah mencukupi untuk mengurangi faktor penyebab pemanasan yang ada. Oleh karena itulah, negara maju juga dapat memfasilitasi negara berkembang dalam memproduksi lahan hijau di wilayah negara berkembang, dengan fasilitas dana, dan tekhnologi untuk membangun sarana dan prasarana pembangunan lahan hijau. Hal ini perlulah dilakukan oleh masing-masing pihak dengan melepaskan semua ego yang di miliki, serta menghilangkan rasa rasisme, agamis, dan faktor pemecah persatuan dunia yang terjadi belakangan ini.
Walaupun demikian, dalam pembagian tanggung jawab yang pernah disampaikan dalam sebuah protokol (protokol Kyoto) didalam pertemuan di Rio De Jeneiro yang dihadiri negara maju G8, pembagian tersebut hanyalah untuk memitigasi bencana global ini yang mampu menyesatkan dunia di dalam model transaksi ekonomi dan perdagangan rumit yang tidak akan mengatasi realitas penderitaan warga selatan saat ini. Solusi tawaran dalam skenario Protokol Kyoto maupun kesepakatan bilateral, intinya tetap seperti ” bisnis biasanya”, dan hanya tumpah tindih akan segala peraturan dan keinginan yang dimiliki. Hal ini menunjukkan betapa tidak konsekuensinya para pemimpin dunia dalam menghadapi bencana dunia ini yang perlahan mengganggu aktivitas kehidupan dunia sekarang ini dan yang akan datang.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk menyikapi dan menelaah lebih dalam segala fenomena perubahan iklim dunia hingga pengentasan permasalahan pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim secara ekstrim yang didasari oleh kekuatan industrialisme dan gaya hidup konsumtif yang terjadi di berbagai belahan dunia yang belum dapat direalisasikan oleh pemimpin dunia hingga saat ini.
Dari hal tersebut itulah, penulis mencoba untuk memformulasikan rumusan masalah yang nantinya saling terkait dalam menuntaskan problematika pemanasan global yang seterusnya akan di bahas lebih dalam, dengan beberapa batasan/ rumusan masalah, yaitu:
1. Apa sebenarnya permasalahan pemanasan global
2. Apa hubungan pemanasan global dengan perubahan iklim saat ini
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pemanasan global
4. Apa saja dampak yang dihasilkan dari pemanasan global secara umum
5. Upaya apa saja yang harus dilakukan dalam penanganan pemanasan global ini
6. Bagaimana pandangan umum terhadap solusi yang ditawarkan pemerintah dunia dalam penanganan pemanasan global.
Dari batasan/ rumusan masalah inilah penulis akan mengembangkan permasalahan yang mendasar dari pemanasan global yang merupakan skenario kecil dalam perubahan iklim dunia. Dan dari pengembangan inilah penulis mencoba menyampaikan tujuan mendasar dari penulisan karya ilmiah yang merupakan hasil pengharapan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Oleh karena itulah karya ilmiah yang dibuat penulis ini, tidaklah lain memiliki maksud dan tujuan, yaitu untuk:
1. Mengetahui permasalahan pemanasan global secara mendasar
2. Mengetahui hubungan pengaruh pemanasan global terhadap perubahan iklim dunia saat ini
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab pemanasan global
4. Mengetahui dampak yang dihasilkan dari pemanasan global secara menyeluruh
5. Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir perkembangan kerusakan bumi yang dihasilkan dari pemanasan global
6. Mengetahui pandangan umum terhadap solusi yang ditawarkan pemerintah dunia dalam penanganan pemanasan global.
Selain itu, penulis berkeinginan kepada semua elemen masyarakat untuk memiliki kemauan membaca karya ilmiah ini, oleh karenanya karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Pemerintah, yaitu:
sebagai bahan analisa untuk menentukan upaya penanggulangan yang harus di terapkan pemerintah, dalam hal ini adalah kebijakan yang secara bersama-sama menentukan solusi konkrit, namun tetap mengacu secara umum pada karya ilmiah ini.
2. Masyarakat umum, dosen/ para ahli, yaitu:
sebagai acuan dalam menentukan permasalahan mendasar dari pemanasan global ini, sehingga dapat di hasilkan solusi bersama dan masyarakat luas dapat melakukan upaya penanggulangannya, paling tidak menjalankan upaya penanggulangan yang disampaikan oleh penulis melalui karya ilmiah ini.

PEMBAHASAN
Di dalam Al-Qur’an QS. Al-baqarah: 30, Peristiwa kerusakan di muka bumi yang dilakukan oleh umat manusia telah diprediksi sebelumnya.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dan QS. A’raaf: 74:
“Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”.
QS. Di atas merupakan proyeksi dan prediksi perubahan iklim dan segala kerusakan yang akan terjadi kedepannya di muka bumi. Perubahan iklim sendiri pada dasarnya adalah suatu keniscayaan. Kini, banyak orang yang dapat menyaksikan sendiri fenomena penyimpangan iklim termasuk bentuk yang ekstrim yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Sebagian besar bahkan telah merasakan sendiri dampak yang dihasilkannya. Inilah dampak yang tidak bisa dihindari karena begitu tingginya emisi gas rumah kaca (penyebab pemanasan global) yang menyelubungi lapisan atmosfer bumi dibandingkan gas penyerap emisinya yaitu O3 (gas ozon). Namun demikian, perdebatannya sekarang bukanlah lagi apakah pemanasan global benar-benar terjadi atau hanya hitungan di atas kertas. Fokusnya kini adalah seberapa cepat dan seberapa besar dampak pemanasan global tersebut. Perubahan yang cepat dan berskala besar ini akan mempengaruhi seluruh kehidupan di bumi. Suhu bumi akan terus meningkat jika kita tidak mengambil langkah untuk mengatasinya.
Berdasarkan data IPPC sejak akhir 1800-an, rata-rata suhu permukaan bumi meningkat 0,74 0C. Tahun 2006 tercatat sebagai tahun terpanas sejak 1850. Suhu diperkirakan akan terus meningkat antara 1,80C hingga 40C pada tahun 2100. Selama 30 tahun terakhir, rata-rata temperatur bumi meningkat sebesar 0,550C. Jika situasi tetap seperti ini, diperkirakan pada 2020, suhu akan meningkat lagi sebesar 0,550C. Hanya tersisa kurang dari 20 tahun waktu untuk mengambil tindakan nyata agar suhu bumi tidak naik lebih dari 20C.
Sepertinya peningkatan satu derajat tidaklah begitu berarti. Namun ingat, zaman es (Ice Age) ditandai dengan berubahnya suhu hanya 1,20C – 2,40C. Hal ini jelas membuktikan kepada kita semua, bahwa bumi telah kelelahan mendukung kehidupan dari sekitar 6,3 milyar manusia di dunia. Bumi akan menjadi tempat yang sangat berbahaya, jika tidak dilakukan langkah pencegahan kenaikan suhunya.
Dalam perkembangannya ketika terjadi pemanasan global (peningkatan suhu) secara signifikan, selalu berdampak pada perubahan iklim yang ekstrim. Tanda-tanda perubahan iklim dapat dilihat dari meningkatnya curah hujan di beberapa bagian bumi, khususnya bagian utara khatulistiwa sedangkan bagian selatan lebih cepat ditandai dengan musim kering berkepanjangan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara bertahap dalam jangka puluhan tahun.
Semua peristiwa diatas, sangatlah didasari atas pemanasan global. Dengan kata lain, ketika kita bereksperimen mencari formula jitu menghadapi segala bentuk bencana yang didasari perubahan iklim, seperti susahnya air bersih mencairnya gletser, banjir yang menggenang kawasan dataran rendah, meningkatnya frekuensi badai, dsb. Hal yang pertama dilakukan adalah mengatasi peristiwa pemanasan global itu sendiri, karena dalam mengatasi suatu permasalahan yang pertama dilakukan adalah mengatasi pangkal permasalahan itu sendiri.
Perlu kita ketahui, bahwa pemanasan global terjadi karena energi dari matahari dalam bentuk panas dan cahaya, memanaskan bumi sehingga suhu meningkat. Sebagian dari panas ini, dikembalikan ke angkasa. Tetapi sebagian besar terperangkap oleh molekul-molekul gas rumah kaca (seperti CO2, metana, dan dinitrooksida). Tanpa gas rumah kaca, bumi kita akan sangat dingin dan tidak dapat dihuni.
Namun masalahnya saat ini, terjadi peningkatan gas rumah kaca secara besar-besaran. Sebagian besar merupakan hasil pembakaran fosil, penebangan hutan, dan praktek-praktek sistem pertanian tertentu. Hal ini bahkan diperparah lagi dengan aktivitas manusia yang terus berjalan, mengakibatkan emisi gtas rumah kaca kian meningkat.
Oleh karena itu perlurah kita menangani hal ini dengan membuat konsep jitu pemutus rantai penyebab pemanasan global ini. Pemanasan global sendiri disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu efek rumah kaca atau lebih dikenal dengan green house effect, efek umpan balik, dan variasi matahari. Namun, ketiga hal ini selalu berpangkal pada enam emisi gas rumah kaca utama yang menghasilkan ketiga faktor tersebut. Keenam emisi tersebut, antara lain:
1. Karbon dioksida (CO2)
2. Metana (CH4)
3. Nitrogen oksida (N2O)
4. Hydrofluorocarbons (HFCs)
5. Perfluorocarbons (PFCs)
6. Sulphur hexafluoride (SF6)
Gas rumah kaca inilah yang menyelimuti bumi dan menahan panas matahari di atmosfir. Akibatnya terjadi akumulasi panas dan energi yang semakin tinggi. Bayangkan saat kita berada di dalam rumah kaca yang suhunya lebih hangat karenha kiaca menyebabkan panas terperangkap di dalamnya. Akumulasi panas yang berlebihan di atmosfir bumi membuat iklim berubah.
Akhirnya, dari kesemua perubahan-perubahan yang terjadi jelas akan berimplikasi pada dampak yang meluas dan mendasar dalam penghancuran bumi secara perlahan. Dampak yang akan terjadi tersebut, antara lain:
1. Es di kutub dan gunung-gunung tinggi akan mencair, dan akan mengakibatkan paras permukaan laut akan meningkat
2. Jikalau air laut naik, maka datarn rendah akan tergenang daerah pantai dan datarn rendah akan hilang
3. Bila dataran yang hilang ini merupakan acuan dari pagar batas suatu negeri, maka batas negeri itu bisa kembali menjadi persengketaan, mengingat batas alamnya hilang
4. Ketika perubahan suhu di dataran meningkat, jelas suhu di bawah permukaan perairan juga akan meningkat. Ketika hal ini terjadi otomatis terjadi perubahan sirkulasi plankton dan akan berimplikasi pada perubahan sebaran ikan yang pada akhirnya persediaan sumber pangan laut semakin tidak stabil, bahkan terjadi kekurangan bahan pangan pokok laut.
5. Perubahan vegetasi, daerah beriklim sedang akan menjadi lebih hangat sehingga dapat menanam tanaman tropis, sebaliknya ketika daerah tersebut memiliki iklim panas, maka daerah tersebut akan terjadi penggurunan total, dan begitu seterusnya pada daerah beriklim yang berbeda lainnya.
6. Perubahan pola penyakit, hal ini diakibatkan beberapa virus atau bakteria yang dulu hanya ada di daerah tropis (seperti: malaria, DBD, dan sejenisnya) akan melanda daerah beriklim sedang
7. Ketika terjadi perubahan vegetasi akibat perubahan suhu dan vegetasi tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya, dimungkinkan akan terjadinya kepunahan, kepunahan tersebut diprediksi akan mencapai 20-30% dari jumlah keseluruhan vegetasi yang ada.
8. Ketika terjadi pemanasan global yang disertai dampak umumnya,seperti perubahan iklim, maka akan terjadi bencana kelaparan yang diakibatkan gagal panen secara besar-besaran dari jumlah keseluruhan lahan pertanian yang ada di dunia.
9. Ini semua jelas akan berimplikasi pada kebakaran hutan secara meluas dan lahan hutan yang ada dan mengakibatkan terjadinya ekspor asap besar-besaran yang menjadi ”kebanggaan” setiap tahunnya, seperti yang terjadi di Indonesia beberapa tahun trakhir ini.
10. Ketika terjadi pemanasan global dan tidak adanya daerah serapan air, maka air bersih pun akan susah di dapat. Dan dampak ini akan mengakibatkan migrasi penduduk secara besar-besaran dan kematian sebagian penduduk diwilayah tertentu, dan akhirnya suatu wilayah tertentu (daerah tujuan migrasi) akan padat oleh karena tidak cukupnya wilayah tersebut menampung jumlah penduduknya dan akan terjadi persaingan besar-besaran untuk mempertahankan hidupnya masingt-masing dan akan terjadi mata rantai permasalahan yang tidak selesai-selesai.
Semua ini adalah contoh dampak dari pemanasan glonal yang mampu mengakibatkan mata rantai permasalahan lainnya yang kompleks dan sulit untuk mengatasi ujung permasalahan tersebut.
Berdasarkan permasalahan inilah kita sebagai warga penghuni bumi tercinta wajib mengatasi permasalahn-permasalahn yang merusak bumi ini. Sebagai khalifah di bumi, seperti yang telah di sampaikan di dalam berbagai kitab suci agama didunia kita haruslah mampu mengeluarkan ide-ide kreatif dalam pengentasan permasalahan pemanasan global ini. Berdasarkan hal tersebut banyak hal yang mungkin dapat kita lakukan sebagai diri pribadi. Hal tersebut, antara lain:
1. Kita harus melakukan penghematan di berbagai lini kehidupan kita, penghematan tersebut seperti penghematan bahan bakar. Hal yang dapat dilakukan dari hal ini, adalah:
a. Mengurangi penggunaan BBM dengan mengurangi pemakaian mobil dan motor
b. Untuk jarak dekat, lebih baik menggunakan kendaraan tak bermotor atau berjalan kaki. Selain ini menghemat bahan bakar juga akan menambah kebugaran pada diri sendiri
c. Lebih memilih kendaraan umum untuk perjalanan jauh.
d. Jika harus menggunakan mobil/motor, upayakan untuk berbagi dengan mereka yang perjalanannya searah (car pooling)
e. Jika harus memiliki kendaraan pribadi, pilihlah yang penggunaan bahan bakarnya hemat dengan jenis bahan bakar yang bersih (pertamax, BBG, Bio-diesel, dll)
f. Usulkan kepada pemda untuk menyediakan kendaraan yang efisien, cepat, dan ekonomis.
g. Hindarilah bepergian dengan menggunakan pesawat terbang ketika jarak tempuh kurang dari 500 km.
h. Apabila harus menggunakan kendaraan bermotor, perhatikan hal-hal berikut:
• Matikan mobil/motor ketika menunggu lebih dari 30 detik
• Cek tekanan ban mobil/motor, karena apabila tekanan kurang 0,5 bar dari normal akan meningkatkan penggunaan bahan bakar sebesar 5%
• Turunkan bagasi apabila tidak diperlukan, karena 100 kilo beban akan menambah penggunaan 1 liter bahan bakar lebih banyak dalam jarak 100 km
• Pastikan kendaraan hemat BBM
2. Hal lain adalah melakukan penghematan di rumah dengan cara, berikut ini:
• Hindari membakar sampah, karena dari pembakaran sampah akan menghasilkan emisi gas karbon dioksida
• Matikan peralatan listrik dan lampu jika tidak diperlukan
• Jangan meninggalkan perlatan listrik dan charger HP dalam keadaan stand by
• Pilihlah alat elektornik yang hemat energi dan tidak memiliki emisi gas buang yang melebihi batas normal
• Pilihlah lampu yang tepat, dengan daya dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan
• Gunakan air conditioner seperlunya (sebaiknya tidak lebih dingin 5 0C dari suhu luar)
• Ganti lampu pijar dengan lampu FBL yang hemat energi dan lebih efisien
• Tanamlah tanaman yang dapat menghasilkan gas oksigen lebih banyak (seperti: bambu) dan tidak menggunakan air lebih banyak, serta yang lebih efisien.
• Bersihkanlah lampu dan alat elektronik dari debu, karena ketika debu menutupi lampu pencahayaan di dalam ruangan akan berkurang dari normalnya penhcahayaan lampu tersebut. Begitu pula ketika debu menutupi peralatan elektronik, maka motor penggerak akan bekerja lebih lebih berat dan menggunakan listrik lebih banyak
3. Hal yang dapat dilakukan berikutnya, adalah menerapkan cara ruese, recycle, dan reduse (pakai lagi, daur ulang dan kurangi).
a. Membantu mengurangi tumpukan sampah dunia
b. Jangan menggunakan produk sekali pakai, gunakanlah yang dapat di isi ulang/ yang dapat di pakai berkali-kali
c. Daur ulang sampah, dengan memilah sampah organik dan sampah anorganik
d. Bawalah tas/ keranjang sendiri saat berbelanja, karena ketika kita berbelanja di pasar/ toko akan diberikan kantong plastik untuk menyimpan barang belanjaan. Perlu diketahui bahwa kantong plastik dan sterofoam membutuhkan waktu lebih dar 100 tahun untuk terurai di alam bebas.
4. Dari kesemua yang dapat dilakukan diatas, yang terpenting adalah lakukan semua penanganan pemanasan global ini dengan sesuatu hal yang efektif dan efisien serta dilakukan secara berkesinambungan. Contohnya, ketika kita berpergian ke kantor tidak menggunakan kendaraan bermotor (sepeda), namun ketika sesampainya di kantor kita menggunakan AC untuk menghilanhgkan kelelahan dan keringat. Hal ini berarti, kita memang tidak mengeluarkan emisi gas buangan dari knalpot kendaraan bermotor, melainkan mengeluarkan emisi gas buangan dari AC dan emisi buangan dari pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil yang merupakan faktor terbesar peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer
Kesemua hal tersebut patutlah dicermati dan dilaksanakan demi penyelamatan bumi kita tercinta, karena bumi hanya ada satu dan tidak ada lagi planet yang dapat menjadi tempat tinggal kita.
Selain itu, pemerintah juga dapat berkontribusi dalam penyelamatan dunia ini. Pemerintah dapat mengambil kebijakan ramah lingkungan dengan menerapkan peraturan-peraturan yang melarang tegas pembalakan liar, penambangan liar/ penambang besar yang melakukan produksinya dengan tidak menerapkan ramah lingkungan, serta menerapkan peraturan kepada warga negara untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi gas buang beracun melebihi ambang batas, namun ketika melanggar akan dikenai sanksi tegas berupa peringatan hingga sanksi denda.
Selain itu, pemerintah juga dapat menerapkan subsidi silang lingkungan antara penduduk desa dan kota. Dengan cara, penduduk kota menyumbang 1000 rupiah setiap harinya, kepada warga desa yang disalurkan oleh dinas terkait (Depsos, dan Depnakertrans) yang selanjutnya dinas tersebut menyalurkannya dalam bentuk uang/ dana, sembako, atau sumbangan bentuk lainnya yang lebih efektif dan harus diterapkahn secara seimbang, optimal, dan efektif kepada warga desa yang mampu menjaga daerah penghijauan, seperti hutan maupun cagar alam dan mampu memeliharanya dari pembalakan liar serta melakukan reboisasi dengan dana diluar dari dana sumbangan (dana APBN atau APBD daerah setempat) untuk menyediakan tanaman dan segala bentuk peralatan yang diperlukan.
Hal ini selain dapat mencegah kasus pembalakan liar juga dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan laju urbanisasi yang terjadi di pedesaan.
Namun dalam hal ini, patroli hutan dan polisi setempat bekerja sama dengan masyarakat di desa tersebut. Hal ini dikarenakan, selama ini kaus pembalakan liar marak terjadi karena kurangnya konsolidasi antara patroli, polisi, dan masyarakat setempat. Ketika hal ini dilakukan, di yakini kasus pembalakan liar akan berkurang dan dapat mengurangi peningkatan pemanasan suhu secara mengglobal.
Selain pembalakan liar pemanasan global juga dapat terjadi karena diakibatkan adanya pembangunan global yang menghasilkan krisis akumulatif, perusakan lingkungan masif, krisis sosial-kultural dan ekonomi. Namun para pengambil keputusan (negara G8) memitigasi bencana global ini kedalam skenario Protokol Kyoto yang pada intinya hanya memikirkan bisnis semata. Di dalam inmemorial protokol kyoto, penyelesaian teknologis dan pengaturan kembali ruang hutan dipercaya sudah cukup untuk mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim. Lebih jauh dari itu, pasar dipercay sebagai mekanisme utama dalam melakukan tindakan mengatasi perubahan iklim. Pengerahan bantuan ke negara berkembang, masih saja dalam skenario privatisasi yang sangat tua.
Privatisasi kali ini adalah dilakukan di sektor atmosfer. Privatisasi atmosfer terlihat jelas dalam perdagangan karbon. Mekanisme ini memungkinkan para pencemar dapat terus mencemari selama memberi hak emisi atau hak bernafas dari pihak lain terutama negara berkembang. Perdagangan karbon beserta canggih dan rumit bahasanya jelas menunjukan upaya para pencemar menghindari pemotongan emisi dan perubahan cara berproduksi, karena mengancam keuntungan mereka dari hasil produksi kotor saat ini.
Bukti itu semakin nyata, melihat kenyataannya bahwa sampai saat ini sedikit sekali negara Annex1 (kelompok negara maju yang terdapat di dalam protokol kyoto) yang memenuhi komitmen untuk menurunkan emisinya. Bahkan diduga negara yang dianggap sukses seperti Jerman dan Inggris mengekspor industri kotornya ke China demi menunjukan rapor penurunan emisi yang baik di mata dunia. Lemahnya ketentuan lingkungan hidup dan buruknya perlindungan terhadap warga dan buruh negara selatan, secara jitu dimanfaatkan, bukan saja untuk meraup untung tetapi sekaligus mengalihkan tuduhan pencemaran pada negara berkembang/selatan.
Inilah sebagian lingkup ketidak adilan negara maju yang diterapkan di dalam sebuah perjanjian yang tidak memiliki arti tanggung-jawab yang jelas.Ini membuktikan bahwa peraturan dunia hanya dilakukan demi prospek bisnis semata. Oleh karenanya diperlukan peraturan dunia yang jelas dan saling berkomitmen negara satu sama lain untuk bersama-sama membangun dunia ke keadaan semula tanpa ada pemikiran yang memisahkannya, seperti masalah perbedaan ekonomi, ras agama, dal lain sebagainya yang hanya menambah permasalahan yang lebih rumit.

PENUTUP
Dari kesemua hal diatas dapat disimpulkan, bahwa:
1. Pemanasan global adalah permasalahan mendasar,dan telah berlangsung yang dapat mengakibatkan perubahan iklim yang nantinya akan bermata rantai pada permasalahan yang lebih luas
2. Pemanasan global memiliki hubungan erat dengan perubahan iklim yang terjadi, karena suhu yang meningkat akan mempengaruhi cuaca dan kelembaban sekitar wilayah tersebut.
3. Pemanasan global dapat disebabkan oleh 3 faktor mendasar, yaitu faktor efek rumah kaca, faktor umpan balik, dan variasi matahari. Semua faktor tersebut di akibatkan enam emisi gas rumah kaca buangan.
4. Pemanasan global berdampak pada permasalahan yang bermata rantai, seperti pencairan es di kutb dan gletser yang akan berdampak pada tingginya permukaan air laut, dan akan berdampak pada bencana-bencana yang lebih besar bahkan dapat berdampak pada kematian
5. Dalam menangani pemanasan global ini diperlukan uapaya penanggulangan mendasar, yaitu ruese, recycle, dan reduse
6. Solusi global yang ditawarkan negara maju hanya bersifat bisnis semata dan hanya menyengsarakan negara berkembang tanpa adanya rasa bertanggung-jawab diantara negara maju demi penanganan pemanasan global
Adapun saran yang sekiranya dapat di tawarkan penulis kepada pihak terkait, yaitu ketika kita berkeinginan untuk mengurangi efek pemanasan glonal, lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan lakukan sesuatu hal yang di anggap lebih efektif. Lakukanlah sedini mungkin, sekarang juga, dan mulailah dari diri sendiri, dan dengan penuh tanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
1. Indonesian civil society. 2007. Climate justice, save our locals. Jakarta
2. Nova. 2008. ”Gaya hidup hijau untuk selamatkan bumi”. Dalam Tribun Kaltim, 20 April 2008. Balikpapan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

silahkan posting komentar di sini......